Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Aspergillosis pada burung

Transmisi dan faktor pendukung Aspergillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur genus aspergillus, terutama aspergillus fumigatus dan aspergillus flavus. Penyebaran aspergillus banyak terjadi di peternakan dan juga burung liar baik yang ada di alam ataupun yang sudah dipelihara di rumah. Di peternakan ayam broiler keadaan akut dapat dilihat pada ayam yang masih muda, dengan tingkat morbiditas (sakit) dan mortalitas (mati) yang tinggi. Keadaan yang kronis dapat ditemukan pada ayam kalkun. Kejadian yang sama juga dapat ditemukan pada burung paruh bengkok. Kejadian pada burng paruh bengkok disebabkan karena penurunan imunitas tubuh dan faktor makanan. Penyebaran dari aspergillus dapat ditemukan di tanah, pada makanan seperti gandum dan buah-buahan yang busuk. Selain itu dapat ditemukan pada litter, makanan yang mengandung spora, dan burung yang bersifat pembawa yang mengeluarkan jamur melalui sekreta. Spora akan masuk melalui saluran pernafasan, dimana saluran pernafasan me

Kelainan-kelainan yang terjadi pada nekropsi ayam dan kemungkinan penyebabnya

Traktus Respiratori Peradangan pada kantung hawa (air sacculitis). Perubahan makroskopis pada air sacculitis dapat diamati pada perubahan ketebalan, opasitasnya, dilatasi pada pembuluh darah setempat, atau keberadaan eksudat ( Matthijs et al. 2005). Ayam yang terserang air sacculitis mengalami kesulitan bernafas dikarenakan tidak ada pemberi udara cadangan untuk paru-paru. Air sacculitis terjadi pada penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada saluran pernafasan ayam  diantaranya Mycoplasmosis, IB, AI,coryza atau snot, ND, colibasillosis, dan fowl cholera. Gejala klinis yang ditunjukkan oleh mycoplasmosis adalah ngorok, sinusitis, konjungtivitis, sinus mengbengkak, batuk, mengalami kebengkakan pada daerah kepala, peningkatan air liur. Patologi anatomi mycoplasmosis selain adanya air sacculitis adalah adanya eksudat kataral pada sinus, trakhea, dan bronkus. Adanya gejala pneumonia, perikarditis, dan perihepatitis ( Matthijs et al

Bahaya Toxoplama bagi wanita hamil

Toxoplasma gondii Toxoplasma gondii adalah protozoa obligat intraselular yang memiliki siklus seksual pada induk semang definitif, yaitu bangsa kucing dan dua fase aseksual pada induk semang antara, yaitu semua hewan berdarah panas dan manusia.  Toxoplasma gondii dapat menginfeksi sel inangnya dalam tiga bentuk, yaitu takizoit (bentuk poriferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit).  Pada fase akut infeksi, takizoit dapat beredar di dalam tubuh inang melalui peredaran darah, dan berada dalam cairan tubuh.  Individu yang terinfeksi Toxoplasma gondii akan menghasilkan respon imun pada stadium ini, takizoit diubah menjadi bradizoit yang berkembang biak secara perlahan dalam sel untuk menghasilkan kista jaringan.  Kista dapat dorman seumur hidup pada jaringan, dan fase kronis infeksi berlangsung (OIE 2008).  Bentuk Takizoit memiliki bentuk menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat.  Ukuran panjang 4 ‒ 8 mikron, lebar 2 ‒ 4 m

Isi Nodul pada Proventrikulus Ayam

Nodul pada proventrikulus yang lebih dikenal dengan kelenjar proventrikulus merupakan kelenjar yang menghasilkan asam di dalam lambung. Kelenjar  proventrikulus ini  sebagian besar menempati dinding proventrikulus, yang terdapat pada mukosa yang terbagi atas lobulus-lobulus, dan tiap lobulus terdiri dari unit-unit kelenjar berbentuk tubuloalveolar. Sel-sel unit kelenjar atau alveolus berbentuk kuboid rendah disebut juga sebagai sel “ oxyntico-peptic ” karena menghasilkan asam di dalam lambung (Lelland dan King 1984). Menurut Akaso (1993) Sel kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar pada saat makanan melewati proventrikulus dengan cara berkerut secara mekanis. Dinding proventrikulus mensekresikan asam klorida, enzim,  dan getah lambung yang berfungsi mencerna protein dan lemak. Asam klorida berfungsi mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin yang sangat dibutuhkan dalam mencerna  protein  menjadi pepton, dan lipase mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Dalam

Limfonodus pada Ayam

Organ limfoid yang ada pada tubuh ayam dibagi menjadi organ primer (sentral) dan sekunder (tepi). Yang termasuk organ limfoid primer adalah bursa Fabricius di dekat kloaka dan thymus di daerah leher. Sedangkan yang termasuk organ limfoid sekunder antara lain kelenjar Harderian (terletak di belakang bola mata), limpa, Peyer's patches (letaknya di sepanjang mukosa usus) dan caeca tonsil (di perbatasan usus buntu) (Medion 2014). Gambaran secara histopatologi jaringan parenkim thymus terdiri atas anyaman sel-sel retikuler saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler terdapat limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus dan lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah medulla sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli ( thymic corpuscle ). Masing-masing lobus terdiri atas cortex dan medulla. Timus memproduksi limfosit dan akan berdeferensiasi menjadi limfosit-T

Penggunaan, cara kerja dan efek samping Atropin, Xylazine, dan Ketamin sebagai Obat Anastesi Total pada Kucing dan Anjing

Gambar
Atropin Atropin adalah senyawa berbentuk kristal putih,rasa sangat pahit,titik lebur 115° dan terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin merupakan antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain dari family Solanaceae. (mursidi 1989) Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase . ( Achmad 1986) Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk mem