Penyakit pada sapi perah : Endometritis
Endometritis
ataupun metritis merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya
peradangan pada uterus. Endometritis mengarah kepada peradangan yang terjadi
pada lapisan endometrium dan kelenjar uterus sedangkan metritis digunakan untuk
menunjukkan adanya peradangan pada lapisan endometrium, kelenjar uterus, dan
lapisan otot uterus (Drillich 2006). Menurut Kasimanickam
et al. (2005)
endometritis merupakan peradangan uterus yang disebabkan bakteri patogen yang
masuk melalui vagina, serviks dan mengkontaminasi uterus. Kim dan Kang (2003)
menjelaskan endometritis merupakan peadangan uterus yang terjadi karena
beberapa sebab yaitu distokia, lahir kembar, retensio sekundinarum, dan
kelainan metabolisme tubuh.
Drillich (2006)
menjelaskan jenis peradangan yang dapat terjadi pada uterus sapi perah
diantaranya metritis akut, endometritis kronis, dan endometritis
subklinis. Metritis akut merupakan
penyakit saluran reproduksi yang menyerang sapi perah. Metritis akut biasanya
terjadi 10 hari post partus. Gejala klinis yang dapat ditemukan pada metritis
akut adalah bau busuk, vulva berair disertai dengan eksudat purulen berwarna
merah kecoklatan, dan suhu tubuh lebih dari 39,5 °C. Palpasi per rektal ditemukan
pembesaran dan tekstur uterus yang lembek. Selain itu, sapi sering melihat ke
arah abdomen, adanya penurunan nafsu makan, dan penurunan produksi susu. Faktor
resiko yang dapat menyebabkan metritis akut adalah kerusakan uterus (distokia,
melahirkan dua anak, sectio cesaria,
retensio sekundinarum, dan lamanya involusi uterus), kondisi metabolik (milk
fever, ketosis, dan displaced abomasums),
dan keseimbangan imunitas tubuh sapi.
Menurut Le Blanc
(2012) Metritis
atau endometritis disebabkan oleh adanya infeksi bakteri yang mengikuti kasus
partus abnormal seperti abortus, retensio sekundinarum, distokia ataupun
kelanjutan dari infeksi yang terjadi pada alat kelamin. Terjadinya endometritis
berkaitan dengan penurunan laju involusi uteri sebagai akibat dari retensio
sekundinarum dan distokia. Ketika partus, kondisi lumen mendukung untuk
pertumbuhan berbagai macam bakteri aerobik maupun anaerobik. Partus abnormal
menambah kemungkinan terjadinya endometritis karena semakin besarnya
kontaminasi bakteri-bakteri lingkungan. Sebagian dari bakteri tersebut dapat dieliminasi
oleh mekanisme pertahanan uterus. Mekanisme pertahanan uterus tersebut meliputi
adanya kontraksi uterus (involusi), regenerasi
endometrium dan aktivasi kekebalan tubuh dengan cara fagositosis bakteri oleh
neutrofil.
Beberapa spesies
bakteri patogenik yang ditemukan pada isolasi uterus sapi yang menderita
metritis adalah Escherichia coli, Arcanobacterium pyogenes, Fusobacterium
necrophorum, dan Prevetella spp.
(Sheldon et al. 2004). Pengobatan
ideal yang dilakukan untuk mengobati metritis akut adalah mengeliminasi bakteri
dari uterus tanpa menghalangi mekanisme pertahanan uteus. Menurut Drillich
et al. (2001) penggunaan antibiotik secara sistemik dapat mengurangi tingkat
residu pada susu sapi dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan pengobatan menggunakan antibiotik lokal masih
menjadi perdebatan. Hal ini dikarenakan pengobatan secara lokal dapat
menyebabkan penurunan mekanisme pertahanan uterus. Selain itu dapat
meningkatkan residu antibiotik di dalam susu.
Endometritis kronis disebut
endometitis klinis dengan gejala klinis keluarnya eksudat purulenta dari mulut
vagina tiga minggu atau lebih setelah melahirkan. Berbeda dengan metritis akut,
endometritis kronis tidak menunjukkan peningkatan suhu dan perubahan perilaku
sapi. Endometritis kronis dapat didiagnosa dengan melakukan palpasi per rektal.
Temuan klinis dengan palpasi per rektal diantaranya penebalan kornua uteri yang
simetris, dinding kornua uterus menebal, koruna uteri berisi cairan, dan
diameter serviks lebih dari 7,5 cm (LeBlanc et al. 2002).
Menurut
Lewis (1997) Pemeriksaan per vaginal menggunakan spekulum lebih akurat
dibandingkan dengan palpasi per rektal. Namun kedua metode diagnosa ini tidak
dapat secara langsung memverifikasi adanya peradangan di dalam uterus. Metode diagnostik
dengan mengambil contoh swab dari uterus sebagai analisa mikrobiologi untuk
endomertritis dianggap tidak praktis dan terlalu mahal.
Bakteri
patogen yang umum ditemukan pada endometritis kronis adalah A. pyogens, E. coli, F. necrophorum, dan
Prevotella spp. Akibat dari
endometritis kronis adalah penurunan tingkat kebuntingan, memperpanjang calving interval, dan memperpanjang
periode estrus pertama setelah melahirkan (Lewis 1997). Pengobatan endometritis
kronis dapat menggunakan antibiotik secara intra uterin (IU) dengan tambahan
preparat hormon PGF2α. Mekanisme kerja dari PGF2α adalah sebagai luteolitik.
Kontraksi dari miometrium akan mengeluarkan cairan melalui serviks yang
terbuka. Prostaglandin merupakan mediator peradangan sehingga akan meningkatkan
ketahanan uterus dan meningkatkan immunoglobulin (Dhaliwal 2001). Penggunaan
antibiotik dianjurkan ketika pengobatan menggunakan prostaglandin sudah tidak
mampu menangani penyakit.
Endometritis
subklinis adalah perubahan endometrium tanpa adanya gejala klinis yang
diketahui. Endometritis sitologi merupakan diagnosa yang dapat dilakukan untuk
memeriksa endometritis subklinis. Nilai neutrofil yang berada diatas 18 % merupakan
gejala sapi mengalami endometritis subklinis (Kasimanickam et
al. 2004). Pengobatan endometritis subklinis sama dengan pengobatan yang
diberikan pada sapi yang menderita endomrtritis klinis.
Menurut Drillich
(2006), pengobatan terhadap endometritis atau metritis dilakukan dengan
memberikan antibiotik secara sistemik ataupun lokal ke dalam uterus serta dapat
ditambah pula dengan memberikan obat-obatan anti inflamasi. Pada kasus kronis,
penanganan tersebut dapat ditambah dengan melakukan irigasi uterus menggunakan
akuades dengan maksud untuk mengeluarkan eksudat di dalam uterus atau memberikan sediaan prostaglandin (PGF2α)
secara sistemik atau intra uterine. Dhaliwal et al. (2001) menyebutkan bahwa prostaglandin dapat memicu sapi
untuk segera estrus sehingga serviks membuka dan miometrium berkontraksi yang
mengakibatkan eksudat di dalam uterus terdorong keluar. Selain itu, sekresi
mukus yang mengandung imunoglobulin ke mukosa endometrium membantu
mengeliminasi bakteri.
DAFTARPUSTAKA
Dhaliwal
GS, Murray RD, Woldehiwet Z. 2001. Some aspects of immunology of the bovine
uterus related to treatments for endometritis. Anim Reprod Sci. 67:
135-152.
Drillich M.
2006. An update on uterine infections in dairy cattle. Slov Vet Res. 43 : 5-11.
Drillich
M, Beetz O, Pfützner A, Sabin H, Kutzer P, Natterman H, Heuwiesen W. 2001.
Evaluation of a systemic antibiotic treatment of toxic puerperal metritis in
dairy cows. J Dairy Sci. 84 :
2010-2017.
Kasimanickam R, Duffield TR,
Foster RA,
Gartley CJ, Leslie
KE, Walton JS, Johnson
WH. 2004. Endometrial cytology and ultrasonography for the detection of
subclinical endometritis in postpartum dairy cows. Theriogenology. 62: 9-23.
LeBlanc
SJ, Duffield TF, Leslie KE, Bateman KG, Keefe GP, Walton JS, Johnson WH. 2002.
Defining and diagnosing postpartum clinical endometritis and its impact on
reproductive perform-ance in dairy cows. J.
Dairy Sci. 85: 2223–2236.
LeBlanc
SJ. 2012. Interactions of metabolism, inflammation, and reproductive tract
health in the postpartum period in dairy cattle. Reprod Dom Anim. 47: 18-30.
Lewis
GS. 1997. Uterine health and disorders. J
Dairy Sci. 80: 984-1094.
Sheldon
IM, Rycroft AN, Zhou C. 2004. Association between postpartum pyrexia and
uterine bacterial infection in dairy cattle. Vet Rec. 154: 289-293.
Vampires in the Enchanted Castle casino - FilmFileEurope
BalasHapusVampires jancasino.com in the kadangpintar Enchanted https://febcasino.com/review/merit-casino/ Castle Casino. Vampires in the Enchanted Castle Casino. nba매니아 Vampires in the Enchanted Castle 1xbet login Casino. Vampires in the Enchanted Castle Casino. Vampires in the Enchanted